Tampilkan postingan dengan label Renungan Harian. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Renungan Harian. Tampilkan semua postingan

Rabu, 02 Mei 2012

Rumah yang Menyejukkan


Dua laki-laki itu bekerja di sebuah kantor yang sama. Namun keduanya berbeda dalam memandang keluarga.

Laki-laki pertama sangat mencintai keluarga. Saat-saat pulang kerja dan berkumpul keluarga di rumah adalah saat-saat yang dirindukannya. Hingga suatu hari ketika ia jatuh sakit, ia lebih memilih bed rest di rumah daripada dirawat di rumah sakit. "Di rumahku ada cinta yang membuat sakitku insya Allah lebih cepat sembuhnya."

Dan benar. Atas kehendak Allah, ia sembuh dengan cepat. Sakit memang memaksanya beberapa hari tidak masuk kerja. Namun sakit itu juga mengokohkan cintanya. Dalam pandangannya, istri yang merawatnya adalah perawat terbaik sedunia. Bubur yang dibuatnya adalah bubur cinta. Dan sapaan buah hati kecilnya adalah motivasi pemulihan fisik dan jiwa.

Laki-laki kedua tak suka berlama-lama di rumah. Rasanya bikin bete, katanya. Saat ia telah keluar dari rumah sakit karena suatu penyakit yang dideritanya, ia memaksa masuk kerja. "Di rumah malah stres," alasannya saat ditanya seorang teman mengapa tak istirahat di rumah saja. Mengapa sampai berkata seperti itu? Ternyata ia tak suka dengan istrinya yang "cerewet" dan terkesan kurang perhatian. Entah siapa yang mendahului, kabarnya mereka tak lagi saling cinta.

Kini kita hidup di sebuah masa yang kaya kesibukan. Kebutuhan hidup yang makin berkembang, perubahan zaman, hingga arus informasi "menuntut" kita menggeluti kesibukan demi kesibukan. Seringkali kita menjadi seperti mesin; semakin banyak beraktifitas semakin panas. Panas jiwa kita, gersang ruhiyah kita. Jika pada kondisi demikian kita memposisikan keluarga sebagai sahara lain yang menguras tetes-tetes ketenangan, betapa hidup akan menjadi sangat runyam.

Berbahagialah jika keluarga kita adalah rumah yang menyejukkan. Jika kita memandang keluarga sebagai surga dunia. Dan begitulah mestinya keluarga Muslim mencontoh keluarga Nabi. "Baiti jannati." Rumahku adalah surgaku. Betapapun cadasnya kehidupan di luar sana, saat keluarga menjadi surga dunia, tak masalah seorang Muslim menghadapinya. Betapapun panasnya medan perjuangan, keluarga adalah penetralisir dan penyejuknya.

Ketika Rasulullah "ketakutan" dengan Jibril yang baru saja menyampaikan wahyu, sang istri Bunda Khadijah menyelimuti, menenangkan dan memotivasinya. Ketika Rasulullah dihadapkan pada perjuangan besar menyebarkan Islam, lagi-lagi sang istrilah yang menghamparkan seluruh hartanya untuk mendukung dakwah. Saat Rasulullah menghadapi ancaman, bunda Khadijah dengan kedudukannya yang mulia menjadi "pelindung" yang memperkuat posisi kemananannya. Pendek kata, Khadijah selalu ada untuk Rasulullah, demikian pula cinta Rasulullah selalu hadir untuk Khadijah; bahkan meskipun setelah beliau tiada.

Rumah tangga Rasulullah dengan istri-istrinya yang lain juga begitu; indah dan menyejukkan selalu. Kadang ada cemburu, namun ia adalah bumbu yang membuat cinta semakin mesra. Baiti jannati kemudian diucapkan oleh lisan suci Nabi, menggambarkan betapa rumah tangga idealnya adalah sumur kebahagiaan di tengah keringnya kemarau kehidupan, taman yang menyejukkan di tengah penatnya perhelatan sejarah, oase di tengah gurun.

Keluarga akan menjadi surga atau neraka, semuanya berawal dari kita. Dari persepsi kita, dari cara pandang kita, dari pemahaman dan bagaimana kita memposisikan. Bukan dari menyalahkan pasangan. Maka mari kita menumbuhkan komitmen, bahwa kita akan memberikan yang terbaik untuk pasangan kita, untuk keluarga kita. Kita berkomitmen menjadi yang terbaik bagi mereka. Kita berkomitmen mempersembahkan cinta buat mereka. Dan biarlah doa-doa kita naik kepada Allah, meminta ijabahnya untuk juga memperbaiki pasangan dan keluarga kita. [Muchlisin]

Minggu, 29 April 2012

Hari Baru Semangat Baru


Pernahkah kita memperhatikan cakrawala pagi di ufuk timur? Sejak fajar hingga terbitnya matahari, selalu ada lukisan indah yang berbeda setiap hari. Seakan ia berkata: selamat datang di pagi yang baru, selalu ada peluang dan harapan baru bersamaan dengan kemunculanku.

Jauh di bawahnya, tepatnya di bumi ini, bersamaan datangnya pagi burung-burung berkicau dengan beragam lagu merdu. Seakan mengajak kita bersemangat mengejar cita.

Pun bunga di taman. Ia menampilkan keindahan dan kesegaran. Dengan beragam warna dan keharuman yang beragam. Seakan memberi pesan: sambutlah pagi dengan kesegaran baru, jalani hari dengan senyummu!

Ya. Setiap datang pagi yang baru, selalu ada harapan dan peluang kesuksesan yang baru. Bahkan setiap pagi ada keberkahan sebagaimana Rasulullah telah mendoakan: "Ya, Allah! Berkahilah umatku pada pagi harinya". (HR. Ahmad)

Secara fitrah, tubuh kita akan menjadi lebih segar dan fit pada pagi hari. Selepas bangun dari tidur malam, letih dan lelah hilang sudah. "Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat." (QS. Al Furqan : 47).

Fisik kita telah memberikan sinyal keberkahan pagi. Tinggal semangat dan ruhiyah kita bagaimana memaknainya. Bagi seorang mukmin yang komitmen pada din-Nya, semangat dan ruhiyah itu selalu terbarui pada pagi hari. Ia dimulai saat bangun sebelum fajar tiba. Hati dan lisannya telah bersyukur sejak pertama kali ia membuka mata: Alhamdulillaahilladzii ahyaanaa ba'da maa amaatanaa wa ilaihin nusyuur "Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami sesudah kematian kami dan kepadaNya kami kembali." Lalu ia pergi untuk berwudhu. Air mengenai wajah dan anggota badannya, namun doa dan semangat masuk ke hatinya, mempertegas bangunnya ruh dan jiwa. Mungkin sebelum itu ia ke kamar kecil, di sana ia juga dikuatkan oleh dua doa: doa perlindungan dan doa syukur/ampunan.

Shalat di akhir sepertiga malam menjadi menu penguat ruhiyah berikutnya. Sampai di tahap ini saja, sesungguhnya seorang mukmin telah siap dengan semangat baru untuk meraih sukses di pagi dan siang hari.

"Jika kalian tidur, maka syetan membuat 3 ikatan di kepala kalian yang membuat tidur kalian nyenyak, jika bangun dan berdzikir kepada Allah maka lepaslah satu ikatan, jika wudlu maka lepaslah ikatan kedua dan ketika sholat maka lepaslah ikatan ketiga, maka kalian akan bangun pagi dengan giat dan hati yang bersih, kalau tidak maka kalian akan bangun malas dengan hati yang keruh" (HR Muslim)

Shalat Subuh berjama'ah dan dzikir pagi akan kian meneguhkan semangat dan kebersihan hati yang telah "on" karena wudhu dan shalat malam. Maka pagi hari, bersamaan dengan terbitnya matahari, kuatlah semangat baru seorang mukmin. Ia yakin, hari ini adalah hari kesuksesannya. Di dalamnya ada keberkahan. Di dalamnya ada rezeki yang telah Allah takdirkan. Di dalamnya ada pembelajaran yang membuatnya semakin dewasa dan matang. Ia memaknai hari baru sebagai halaman baru dari sebuah buku "success story" yang ia tulis dalam sejarah kehidupan. Semangat! [Muchlisin]

Sabtu, 28 April 2012

Jika Jamaah Dakwah Dicela, Ini Bisa Jadi Jawabannya


Dakwah bukanlah jalan yang bertabur bunga dan selalu diiringi sorak sorai tanda gembira menyambutnya. Dakwah kadang berhadapan dengan celaan dan cacian. Atau tuduhan dan kecurigaan. Terlebih, jika dakwah tersebut dikelola oleh jamaah yang berbentuk partai.

“Ah, sama saja dengan partai yang lain, menghalalkan segala cara.”
“Islam hanya dipakai sebagai jualan. Nyatanya tidak benar-benar memperjuangkan Islam.”
“Terang saja suka baksos dan membantu korban bencana, pasti agar dapat banyak suara.”
Kalimat-kalimat semacam itu dan sejenisnya mungkin pernah Anda temui ketika Anda berdakwah dan beraktifitas sosial. Mungkin itu merupakan salah satu –meminjam istilah Burhanuddin Muhtadi- “dilema” bagi partai politik yang juga gerakan sosial. Partai politik yang juga partai dakwah.

Orang yang tidak sabar dengan celaan semacam itu mungkin saja akan merespon berlebihan, yang justru menjadi kontraproduktif dengan dakwah yang ia lakukan. Celaan sebenarnya adalah sebentuk kritik yang jika kita sikapi dengan kedewasaan dan kebijaksanaan, akan melahirkan perbaikan internal bagi gerakan kita, bahkan tidak menutup kemungkinan, akan mendatangkan simpati orang tadinya mencela. Dan celaan tak boleh membuat kita surut beramal. Tunjukkan peningkatan kualitas amal, terus bekerja walau ada yang mencela.

Para ulama yang jauh lebih dulu berdakwah sebelum kita juga mengalami celaan. Mereka dicela, bahkan dicerca. Tetapi mereka menjawabnya dengan penuh bijaksana.

Imam Asy-Sya’bi adalah salah satunya. Beliau mengajarkan hikmah yang luar biasa. Suatu saat, Imam Asy-Sya’bi dicela seseorang. Beliau pun menanggapinya dengan tenang: ”Jika aku seperti yang engkau katakan semoga Allah mengampuniku. Namun jika aku tidak seperti yang engkau katakan semoga Allah mengampunimu.” [Jundijustice]

Rabu, 25 April 2012

Ketika Kejahatan Semakin Kreatif


Kemarin, aparat Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta berhasil menggagalkan upaya menyelundupkan heroin 1.040 gram, yang nilainya sekitar Rp. 2 Milyar. Barang haram itu dimasukkan di dinding bingkai kaligrafi bagian belakang. Sangat rapi. Dan benar-benar cara baru yang membuat kita miris.

Kaligrafi Islam yang sejatinya untuk mengingatkan agar berzikir pun dimanfaakan untuk menyelundupkan heroin. Demikianlah ketika niat jahat menguasai jiwa. Ia 'memaksa' pikiran untuk menemukan cara baru dan mencari celah kesempatan.

Jika ada diskusi mana yang paling berpengaruh dalam mewujudkan kejahatan, niat atau kesempatan? Rasanya niat adalah jawabannya. Sebab jika niat telah kuat, keinginan berbuat jahat telah bulat, kesempatan bisa dibuat atau diciptakan. Pun berlaku bagi saudaranya; kemaksiatan dan amal kejelekan.

Saat saudara-saudara Nabi Yusuf iri kepadanya dan ingin 'mengusir'nya, mereka tak bisa melakukan itu di dekat sang ayah, Nabi Ya'qub. Tetapi karena niat telah bulat, kesempatan bisa dibuat. Mereka pun meminta ayah mengizinkan bermain jauh dari rumah. Di sanalah mereka kemudian memasukkan Yusuf kecil ke dalam sumur.

Niat jahat, membuat seseorang jeli mengamati sesuatu untuk menemukan kesempatan dan celah berbuat keburukan. Abdullah bin Ubay bin Salul adalah contohnya. Dedengkot kaum munafik di Madinah itu selalu 'berhasil' menemukan celah untuk berbuat buruk. Di saat ada sahabat yang berinfak sangat banyak, ia mencelanya dengan sebutan riya'. Sebaliknya, saat ada sahabat yang berinfak segenggam kurma –karena kemampuannya sebatas itu, ia pun mencelanya karena jumlahnya yang sedikit. Di tengah perjalanan hendak menuju Uhud, ia membuat 'kesempatan' melarikan diri dengan beralasan mimpi Rasulullah. Ketika orang-orang melihat Aisyah pulang dari perang Bani Musthaliq dikawal Shofwan, ia pun melihatnya sebagai celah besar untuk meniupkan fitnah perselingkuhan.

Sebaliknya, niat yang benar dan iman yang kokoh akan menolak berbuat jahat meskipun datang kesempatan besar. Nabi Yusuf, misalnya. Bukankah kesempatan besar saat tak ada siapapun di istana yang megah, seorang permaisuri cantik mendatanginya dan mengajaknya bercinta? Tapi Nabi Yusuf menolak kesempatan itu.

Bahkan iman yang masih terjaga, walaupun tidak setebal iman Nabi Yusuf pun mampu menghentikan upaya maksiat seorang pemuda yang telah mendapatkan kesempatan menzinai gadis yang disukainya. "Takutlah kepada Allah," kata-kata gadis itu membuat sang pemuda tersentak dan meninggalkannya begitu saja. Hati yang bergetar saat disebut nama Allah, urung berbuat maksiat dan tak meminta imbalan atas bantuan materinya kepada gadis itu membuat Allah mencatatnya sebagai amal shalih dan dengan wasilah itu Allah berkenan mengabulkan doa pemuda itu; membukakan batu penutup goa yang membuat pemuda tadi terjebak bersama dua lelaki lainnya di sana.

"Fa'al hamahaa fujuurahaa wa taqwaaha." Baik niat jahat ataupun niat baik, setiap orang berpotensi untuk memilikinya. Dari niat dan tekad itulah, masing-masing akan mendorong pikiran untuk secara kreatif menemukan cara dan kesempatannya. Maka tetaplah dalam niat baik dan jagalah ia. Sebab niat baik saja sudah dicatat sebagai kebaikan. Terlebih saat niat itu dilaksanakan. Sepuluh hingga tujuh ratus lipatnya disediakan. Bahkan atas kehendak Allah, Dia bisa melipatgandakan pahala lebih banyak lagi. Ilaa maasyaa'allah.

Niat jahat, niat buruk, hentikan ia sekarang juga. Lawan! Jangan biarkan ia menang dan menguasai jiwa. Apalagi jika engkau termasuk orang yang pintar, memiliki otak yang cerdas. Karena niat jahat bisa menginspirasi akal untuk menemukan cara-cara kreatif. Cara-cara baru yang bahkan membuat diri sendiri heran betapa pintarnya kita memproduksi dosa. Wallaahu a'lam bish shawab. [Muchlisin]

Jumat, 20 April 2012

14 Harapan Di Balik Nama PKS

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) kini memasuki usianya yang ke-14. Ibarat manusia, usia 14 tahun dalam syariat diistilahkan dengan amrad, tahun terakhir amrad. Fase amrad merupakan masa di mana anak memerlukan pengembangan potensinya dan memasuki masa baligh. Sebelum fase amrad, telah dilalui tiga masa yaitu bayi (0-2 tahun), thufulah/anak-anak (2-7 tahun), dan tamyiz (7-10 tahun).

14 tahun juga berarti fase taklif akan menjelang. Taklif yang umumnya dimulai pada usia 15 tahun merupakan masa di mana tuntutan tanggungjawab dan beban sudah mulai berada di pundak seseorang.

Jika diperhatikan, perjalanan PKS juga mirip-mirip demikian. Kini ia berada pada masa pengembangan potensi-potensinya, untuk di tahun-tahun berikutnya harus siap memikul amanah dan tanggungjawab yang lebih besar dalam mengelola negara. Maka masa sekarang ini merupakan masa transisi sekaligus persiapan untuk mengambil tanggungjawab itu, yang jika dimaknai oleh kader dan struktur partai Islam itu akan menjadikannya kokoh dalam memimpin dan melayani.

Meskipun saat ini baru berusia 14 tahun, setidaknya telah ada 14 harapan terhadap PKS sesuai dengan namanya:

Pantang Korupsi Sogokan
Inilah yang diharapkan publik dari PKS, yang juga menjadi poin pertama dalam tulisan Al Muzammil Yusuf “Spiritualitas Politik”. Tahun lalu Kompas melaporkan, sepanjang 2004-2011 Kementerian Dalam Negeri mencatat sebanyak 158 kepala daerah tersangkut korupsi dan sedikitnya 42 anggota DPR pada 2008-2011 juga terseret korupsi. Semoga PKS bisa membuktikan kader-kadernya tidak terlibat dan selamanya tidak terlibat, bahkan berada pada garda terdepan pemberantasan korupsi.

Penghapus Kemiskinan Sistemik
Jika salah satu calon presiden Mesir sudah berkampanye “Kemiskinan adalah musuh pertama Mesir”, sesungguhnya Indonesia juga tidak jauh berbeda. Pada Maret 2011, angka kemiskinan tercatat sebesar 12,5 persen. Angka itu dari BPS, namun faktanya bisa lebih besar. Jika PKS mampu menggulirkan program-program peningkatan kesejahteraan, tentu ia telah mewujudkan salah satu harapan terbesar rakyat Indonesia. Selain melalui program partai, pada daerah yang kepala daerah (walikota/bupati/gubernur) nya PKS, perlu dijadikan sebagai daerah percontohan sehingga masyarakat percaya ketika PKS menang dan menjadi presiden, kemiskinan bisa diperangi.

Pelopor Kehidupan Syariah
Harapan yang tidak boleh diabaikan oleh PKS sebagai Partai Islam, apalagi partai dakwah adalah sebagai Pelopor Kehidupan ber-Syariah. Yakni bagaimana mengamalkan Islam dalam kehidupan sehari-hari dan memasukkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika kader-kader PKS telah ditarbiyah dengan tarbiyah Islamiyah, masyarakat juga berharap bahwa kebaikan itu bisa dirasakan pada level yang lebih luas.

Pemimpin Kharismatik Sederhana
Publik sangat respek dengan pemimpin-pemimpin yang kompeten, kharismatik namun tetap bersahaja. Orang-orang seperti Jenderal Soedirman dan M. Natsir jauh lebih disuka dan dirindukan daripada pemimpin yang tampil mewah atau bergaya parlente. Tokoh PKS semacam Hidayat Nur Wahid memenuhi kriteria seperti ini, dan karenanya ia disukai secara luas oleh orang-orang di luar PKS sekalipun. PKS harus memperbanyak pemimpin kharismatik sederhana seperti itu.

Partai Keikhlasan Sanubari
Singkatan ini juga dipakai Al Muzammil Yusuf pada tulisan “Spiritualitas Politik.” Pada tulisan itu ia merekam banyak peristiwa di mana orang-orang dari berbagai kalangan memilih dan berharap kepada PKS karena keikhlasan sanubarinya. Seperti seorang tokoh nasional yang menolak lamaran partai besar (waktu itu) dan memilih PKS, walaupun tak ada keuntungan duniawi yang diperolehnya. Seorang aleg partai lain rela meninggalkan partainya setelah mengetahui kebobrokan di gedung dewan, lalu memilih PKS meskipun tak ada jaminan apapun. Bahkan seorang haji yang berdoa dan mendapat petunjuk di samping ka'bah hingga keyakinannya kuat memilih PKS. Seperti kata Ibnu Qayyim bahwa hati yang ikhlas itu laksana cahaya yang bisa ditangkap hati ikhlas lainnya, semoga kader-kader PKS tetap menjaga keikhlasan dan idealismenya.

Palestina Kita Sayangi
Umat Islam itu bersaudara. Dan persaudaraan itu tak boleh dibatasi oleh sekat-sekat geografis. Jika kaum Muslimin di sebuah negara menderita, maka penderitaan itu juga dirasakan oleh saudara Muslim lainnya dan karenanya harus dibela. Palestina telah menjadi ikon bumi jihad akibat penjajahan Zionis Yahudi. PKS menjadi salah satu partai yang concern terhadap Palestina dan karenanya ia disukai dan menjadi harapan banyak Muslim di negeri ini. Ada kedekatan yang luar biasa yang harus terus dipertahankan, karena PKS itu artinya Palestina Kita Sayangi.

Partai Keluarga Sakinah
Di tengah maraknya kasus KDRT, perselingkuhan, perceraian, dan masalah rumah tangga, PKS hadir dengan Rumah Keluarga Indonesia (RKI). Jauh sebelum mendirikan RKI, kader-kader PKS telah berupaya menerapkan tuntunan Islam dalam berkeluarga. Maka keluarga PKS adalah keluarga cinta, baik antara suami istri maupun anak-anak buah hati mereka. Mungkin karena menyaksikan fenomena itu, banyak orang di luar PKS yang ingin memperoleh suami atau istri kader PKS. PKS dengan demikian dikenal sebagai Partai Keluarga Sakinah.

Partai Kader Sejati
Di saat banyak partai kesulitan menggerakkan massa tanpa uang, atau menghadirkan peserta kampanye, PKS bahkan bisa menggerakkan kader-kadernya sepanjang tahun, dekat atau jauh pemilu. Kader-kadernya juga terbiasa berkorban dan aktif dalam kegiatan sosial seperti baksos atau penanggulangan bencana. Mencari pengurus atau caleg, PKS juga tidak kesulitan karena sistem kaderisasinya jalan. PKS menjadi harapan karena ia adalah Partai Kader Sejati.

Partai Kaya Solusi
Untuk penanggulangan bencana, PKS membentuk P2B. Untuk mengatasi masalah kaum ibu dan perempuan, PKS mendirikan PWK. Untuk masalah keluarga dan rumah tangga, PKS memiliki RKI. Untuk memudahkan anak-anak belajar dan bertumbuh kembang sesuai tahapannya, PKS menyediakan Rumah Pelangi. Untuk menyerap aspirasi masyarakat PKS memiliki Rumah Aspirasi. Dan seterusnya. Pun dengan masalah bangsa dan negara. Ketika pemerintah didera kesulitan lantaran BBM, PKS pun mengusulkan solusi. Masyarakat mengharapkan partai yang mampu memberikan solusi, bukan hanya partai yang hanya mampu mengeluhkan masalah. PKS harus menjadi Partai Kaya Solusi.

Penegak Keadilan Sosial
Persoalan hukum masih menjadi hal yang sangat diimpikan oleh mayoritas penduduk negeri ini. Bayangkan, maling ayam atau pencuri sandal yang nilainya hanya puluhan ribu bisa mendekam lama di penjara bahkan diadili massa, sementara koruptor yang nilainya puluhan milyar bahkan tiliun, tampak nyaman-nyaman saja. PKS yang dari awal diketahui kritis diharapkan menjadi Penegak Keadilan Sosial.

Partai Konsisten Sekali
Spanduk ada di mana-mana. “Bersama rakyat PKS konsiten menolak BBM naik.” Masyarakat mulai tahu dan menaruh harapan pada partai yang konsisten memperjuangkan aspirasi masyarakat, bukan berjuang hanya demi kekuasaan dan keuntungan pribadi. PKS harus terus bertahan menjadi Partai Konsisten Sekali.

Partai Kalem dan Santun
Ini yang disukai dan menjadi diferensiasi dari partai-partai lainnya. PKS, tercermin dari kader dan tokoh-tokohnya, harus menjaga sikap kalem dan santunnya. Tidak arogan, tidak sok berkuasa. Tulisan Dahlan Iskan “Massa Santun di Dunia yang Begertah” pada 2003 lalu, perlu dihayati dan dipertahankan nilai-nilai positifnya.

Pilihan Kyai dan Santri
Karena PKS adalah partai Islam dan kader-kadernya yang tertarbiyah menunjukkan akhlak Islamiyah, maka PKS juga membawa harapan para Kyai dan Santri. Jika PKS mampu menjaga harapan itu, apalagi mendekati dan mengajak para Kyai di barisan terdepan pemilih PKS, insya Allah kemenangan akan didapatkan hingga pelosok-pelosok desa dan pesantren-pesantren.

Pilihan Kita Semua
Kebaikan yang terus dihimpun dan kemaslahatan yang terus ditebarkan kepada masyarakat pada akhirnya membuat semakin banyak orang percaya bahwa PKS adalah Pilihan Kita Semua.

Selamat Milad ke-14, semoga PKS terus berjuang menegakkan keadilan dan mewujudkan kesejahteraan, menjadi partai dakwah yang kokoh untuk melayani dan memimpin bangsa. [Jundijustice]

Sabtu, 31 Maret 2012

April Mop itu Merayakan Pembantaian terhadap Umat Islam


Hari ini, 525 tahun yang lalu. Muslim Spanyol di Granada ketakutan. Terbayang kengerian yang akan terjadi sesaat lagi. Pasukan Salib yang telah menaklukkan kota itu, pasti tidak akan membiarkan mereka hidup. Apalagi berita kebengisan Pasukan Salib sudah menyebar dari mulut ke mulut. Mereka kerap membantai kaum muslimin; tidak peduli muda atau tua, laki-laki atau wanita, dewasa maupun remaja, bahkan balita.

Itulah yang mereka dengar, dan demikianlah faktanya. Pasukan Salib seakan haus darah kaum muslimin. Sehingga ketika mereka memenangkan peperangan, masjid-masjid pun digenangi darah kaum muslimin. Padahal kaum muslimin itu bukan tentara. Tidak terlibat perang.

Namun perasaan takut kaum muslimin seketika bercampur dengan kaget dan secercah harapan. "Wahai para muslim Granada, kalian boleh hidup aman di luar Spanyol. Maka keluarlah kalian. Silahkan berlayar dan tinggalkan kota ini!" demikian inti pengumuman yang dikeluarkan oleh Pasukan Salib.

Semula banyak kaum muslimin yang ragu akan pengumuman itu. Namun keinginan mereka untuk hidup dalam Islam mendorong mereka untuk keluar dari persembunyiannya. Mereka berharap, meski terusir dari tanah air tanpa membawa apa-apa, mereka bisa hidup bersama anak-anak yang akan meneruskan agama mulia yang dianutnya. Satu per satu mereka keluar menuju pelabuhan.

Memang benar. Di pelabuhan sudah menanti kapal yang akan mengangkut mereka berlayar keluar Spanyol. Ribuan muslim dalam kapal yang kebanyakan terdiri dari wanita dan anak-anak itu mulai cerah wajahnya. Ada harapan hidup. Namun, harapan ini segera sirna. Jerit histeris anak-anak memenuhi kapal. Tangis para wanita muslimah melipatgandakan kesedihan yang bercampur takut, amarah, dan kebingungan. Kapal itu dibakar! Dibakar oleh pasukan Salib. Ternyata semua sudah direncanakan.

Maka bersamaan dengan terbakarnya kapal, mulailah puing-puingnya jatuh memenuhi laut, wanita dan anak-anak pun terpanggang. Tidak butuh waktu lama kapal itu segera tenggelam. Mereka yang sempat selamat dari kobaran api dan hendak lari, disambut dengan sabetan pedang pasukan Salib. Laut pun berubah warna menjadi merah kehitam-hitaman. Menjadi saksi putusnya sebuah generasi muslim di sebuah negeri.

1 April 1487. Hari itu kemudian dikenal dengan nama "The April Fool Day". Seiring bergulirnya waktu, hari itu disamarkan dan dikenang dengan sebutan April Mop. Demi mengabadikan kemenangan licik itu, April Mop diperingati dengan "ritual" boleh mengerjai, menipu dan menjahili orang lain pada tanggal ini. Dan orang yang dikerjai, tidak boleh marah.

Meskipun tidak sepopuler Hari Valentin, April Mop ternyata juga banyak diikuti oleh remaja Islam kita. Ia juga dirayakan oleh berbagai kalangan dengan "mengerjai" orang lain, termasuk keluarga atau customernya.

Seperti kata Ibnu Khaldun, bangsa yang dikalahkan banyak mengekor bangsa yang mengalahkannya. Banyak hal dari luar Islam yang kini ditiru begitu saja oleh umat Islam, khususnya para remajanya. Termasuk April Mop. Mereka tidak tahu, saat mereka ikut-ikutan merayakan, sesungguhnya mereka tengah merayakan pembantaian atas saudara-saudaranya; yang kebanyakan korbannya seusia ibu-ibu kita. Merayakan April Mop berarti merayakan kekalahan kita, sekaligus merayakan kemenangan musuh kita.

Rasulullah bahkan memperingatkan bahwa setiap tradisi non muslim –khususnya yang berkaitan dengan ritus- merupakan unsur magnetis yang membuat kita bisa terafiliasi dalam hakikat entitas mereka. "Man tasyabbaha bi qaumin, fa huwa minhum" Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka termasuk golongan mereka. Maka apakah kau turut merayakan April Mop? Semoga jawabannya tegas: "Tidak!" [Muchlisin]