Waktu adalah kehidupan. Barangsiapa yang menyia-nyiakan waktu, maka ia telah menyia-nyiakan kehidupan, demikian Imam Hasan Al Banna menasehatkan. Allah Sang Maha Pencipta telah membagi waktu menjadi beberapa bagian. Dimana kesemuanya itu, harus dimanfaatkan dengan beramal sholih sehingga memberi manfaat kepada kita baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Bagian-bagian waktu tersebut merupakan sesuatu yang saling terkait. Pagi dan siang, sore dan malam. Masing-masing mereka telah Allah berikan kekhasan dan keutamaannya. Saling melengkapi dan harus dikombinasikan.
Pagi adalah sarana yang Allah ciptakan untuk mengumpulkan bekal dalam menjalani kehidupan di siang hari. Di sana ada terminal-terminal pengisian bahan bakar ruhani. Ada tahajud, dzikir, shalat sunnah fajar, subuh berjama’ah, tilawah Al Qur’an, shalat dhuha dan aneka ibadah lain yang disyari’atkan. Pemanfaatan waktu kita di pagi hari merupakan penentu sukses dan tidaknya kita di sepanjang hari itu.
Begitupun dengan sore hari. Ia merupakan sarana untuk menghimpun kekuatan guna menjalani malam yang penuh dengan makar, tipu daya dan juga godaan setan, baik dari golongan jin maupun manusia.
Di dalam rangkaian sore hari itu, terdapat waktu Ashar. Ia terletak di ujung sore. Dimana ketika itu, tenaga, pikir dan jiwa kita sedang berada di ambang batas. Energi kita nyaris habis. Belum lagi dengan setumpuk amanah yang belum selesai. Tugas kantor, tugas kuliah, ataupun tugas kita sebagai hamba Allah. Maka di waktu ini, banyak dari kita yang lalai sehingga terpedaya oleh setan. Muaranya, banyak dari kita yang terjerumus dalam lubang kebinasaan lantaran mengabaikan waktu Ashar ini.
Hal ini sebagaimana terjadi pada sebagian kaum Quraisy yang sering mengabiskan waktu Ashar untuk bercerita tanpa arah yang jelas. Cerita mereka bermuatan gunjingan, celaan dan hinaan kepada sesamanya. Ujungnya, mereka mencela waktu Ashar sebagai waktu yang celaka. Hal ini sebagaimana diungkap oleh HAMKA dalam menafsirkan surah Al Ashr ayat 1.
Ashar banyak menyimpan keutamaan. Rasul menyebutkan bahwa waktu Ashar adalah salah satu tiket untuk memasuki surga. Sabda beliau, “Barangsiapa melaksanakan shalat Bardain (Subuh dan Ashar) maka dia akan masuk surga” (HR Bukhari). Dalam hadits lain disebutkan, “Dari jarir RA, dia berkata : Suatu ketika kami bersama Nabi SAW kemudian pada suatu malam beliau melihat bulan purnama. Beliau bersabda, “Kalian kelak akan melihat Tuhan sebagaimana kalian melihat bulan purnama ini, tanpa ada sesuatu yang menghalangi penglihatan kalian. Karena itu, jangan sampai kalian lewatkan shalat sebelum matahari terbit (Subuh) dan shalat sebelum matahari terbenam (Ashar).” Kemudian beliau membaca ayat 39 surah Qaf, “Dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam(nya)” (HR Bukhari No 554).
Oleh karena pentingnya waktu Ashar ini, Allah berfirman, “Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat Wusthaa” (Al Baqarah : 238). Yang dimaksud dengan shalat wusthaa, menurut jumhur ulama’ adalah Shalat di waktu Ashar. Sabda Rasulullah, “Mereka (orang kafir) telah menghambat kita dari melakukan shalat Wustha, yaitu shalat Ashar. Mudah-mudahan Allah memenuhi hati dan rumah mereka dengan api.” (HR Muslim)
Hadits di atas merupakan sebuah sinyal betapa pentingnya shalat Ashar dalam kehidupan seorang muslim. Bahkan, Rasulullah yang terbukti dengan kemurahan dan kemuliaan budi pekertinyapun mendoakan kaum kafir dengan kalimat laknat karena mereka menyebabkan beliau dan para sahabat tertinggal melakukan shalat Ashar ketika perang Khandaq.
Senada dengan ayat dan hadits di atas, dalam beberapa riwayat lain Rasulullah juga menyebutkan tentang konsekuensi negatif bagi siapa saja yang meninggalkan atau melewatkan waktu Ashar dengan sengaja.
Bahkan, mereka yang kehilangan shalat di waktu Ashar, dikatakan oleh Rasulullah dengan kehilangan harta, keluarga dan semua amal sholihnya. Dari Abdullah bin Umar RA, Rasulullah bersabda, “Orang yang kehilangan shalat Ashar bagaikan orang yang kehilangan keluarga dan harta kekayaannya.” (HR Bukhari No. 552). Dalam riwayat lain juga disebutkan, “Dari Buraidah, bahwa dia mengatakan kepada kaum muslimin ketika cuaca berawan, karena Nabi SAW pernah bersabda, “Orang yang meninggalkan shalat Ashar hilanglah semua amal baiknya.” (HR Bukhari No. 553).
Dari penjelasan di atas, tidaklah heran jika Rasulullah memerintahkan kepada seluruh umatnya untuk mengisi waktu Ashar dengan memperbanyak doa dan dzikir. Keduanya merupakan sarana yang sengaja Allah ciptakan agar kita senantiasa terbentengi dari kejahatan setan yang terus menerus menabuh genderang perangnya. Agar kita tetap bersiap siaga ketika waktu ashar, meski ketika itu fisik dan pikiran kita berada dalam keadaan malas lantaran seharian bekerja.
Akhirnya, kita harus selalu waspada terhadap godaan yang terus membisiki. Khususnya godaan yang datang di waktu Ashar. Baik berup malas, bersedih hati, ataupun godaan lain. Karena sejatinya, berhasil dan tidaknya kita memanfaatkan waktu Ashar akan berpengaruh dalam kehidupan kita di malam harinya.
Mereka yang berhasil mengisi waktu Ashar dengan munajat kepada Allah, maka malamnya akan dilimpahi keberkahan. Ia akan selalu bersegera dalam beramal sholih, hingga puncaknya mereka bisa bangun di sepertiga malam untuk tahajud, tilawah dan melaksanakan shalat subuh berjamah. Sehingga mereka akan menjadi generasi islam yang unggul, yang bergegas menyongsong akhirat di pagi hari dan terus bertebaran memakmurkan bumi hingga senja menyapa.[]
Bagian-bagian waktu tersebut merupakan sesuatu yang saling terkait. Pagi dan siang, sore dan malam. Masing-masing mereka telah Allah berikan kekhasan dan keutamaannya. Saling melengkapi dan harus dikombinasikan.
Pagi adalah sarana yang Allah ciptakan untuk mengumpulkan bekal dalam menjalani kehidupan di siang hari. Di sana ada terminal-terminal pengisian bahan bakar ruhani. Ada tahajud, dzikir, shalat sunnah fajar, subuh berjama’ah, tilawah Al Qur’an, shalat dhuha dan aneka ibadah lain yang disyari’atkan. Pemanfaatan waktu kita di pagi hari merupakan penentu sukses dan tidaknya kita di sepanjang hari itu.
Begitupun dengan sore hari. Ia merupakan sarana untuk menghimpun kekuatan guna menjalani malam yang penuh dengan makar, tipu daya dan juga godaan setan, baik dari golongan jin maupun manusia.
Di dalam rangkaian sore hari itu, terdapat waktu Ashar. Ia terletak di ujung sore. Dimana ketika itu, tenaga, pikir dan jiwa kita sedang berada di ambang batas. Energi kita nyaris habis. Belum lagi dengan setumpuk amanah yang belum selesai. Tugas kantor, tugas kuliah, ataupun tugas kita sebagai hamba Allah. Maka di waktu ini, banyak dari kita yang lalai sehingga terpedaya oleh setan. Muaranya, banyak dari kita yang terjerumus dalam lubang kebinasaan lantaran mengabaikan waktu Ashar ini.
Hal ini sebagaimana terjadi pada sebagian kaum Quraisy yang sering mengabiskan waktu Ashar untuk bercerita tanpa arah yang jelas. Cerita mereka bermuatan gunjingan, celaan dan hinaan kepada sesamanya. Ujungnya, mereka mencela waktu Ashar sebagai waktu yang celaka. Hal ini sebagaimana diungkap oleh HAMKA dalam menafsirkan surah Al Ashr ayat 1.
Ashar banyak menyimpan keutamaan. Rasul menyebutkan bahwa waktu Ashar adalah salah satu tiket untuk memasuki surga. Sabda beliau, “Barangsiapa melaksanakan shalat Bardain (Subuh dan Ashar) maka dia akan masuk surga” (HR Bukhari). Dalam hadits lain disebutkan, “Dari jarir RA, dia berkata : Suatu ketika kami bersama Nabi SAW kemudian pada suatu malam beliau melihat bulan purnama. Beliau bersabda, “Kalian kelak akan melihat Tuhan sebagaimana kalian melihat bulan purnama ini, tanpa ada sesuatu yang menghalangi penglihatan kalian. Karena itu, jangan sampai kalian lewatkan shalat sebelum matahari terbit (Subuh) dan shalat sebelum matahari terbenam (Ashar).” Kemudian beliau membaca ayat 39 surah Qaf, “Dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam(nya)” (HR Bukhari No 554).
Oleh karena pentingnya waktu Ashar ini, Allah berfirman, “Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat Wusthaa” (Al Baqarah : 238). Yang dimaksud dengan shalat wusthaa, menurut jumhur ulama’ adalah Shalat di waktu Ashar. Sabda Rasulullah, “Mereka (orang kafir) telah menghambat kita dari melakukan shalat Wustha, yaitu shalat Ashar. Mudah-mudahan Allah memenuhi hati dan rumah mereka dengan api.” (HR Muslim)
Hadits di atas merupakan sebuah sinyal betapa pentingnya shalat Ashar dalam kehidupan seorang muslim. Bahkan, Rasulullah yang terbukti dengan kemurahan dan kemuliaan budi pekertinyapun mendoakan kaum kafir dengan kalimat laknat karena mereka menyebabkan beliau dan para sahabat tertinggal melakukan shalat Ashar ketika perang Khandaq.
Senada dengan ayat dan hadits di atas, dalam beberapa riwayat lain Rasulullah juga menyebutkan tentang konsekuensi negatif bagi siapa saja yang meninggalkan atau melewatkan waktu Ashar dengan sengaja.
Bahkan, mereka yang kehilangan shalat di waktu Ashar, dikatakan oleh Rasulullah dengan kehilangan harta, keluarga dan semua amal sholihnya. Dari Abdullah bin Umar RA, Rasulullah bersabda, “Orang yang kehilangan shalat Ashar bagaikan orang yang kehilangan keluarga dan harta kekayaannya.” (HR Bukhari No. 552). Dalam riwayat lain juga disebutkan, “Dari Buraidah, bahwa dia mengatakan kepada kaum muslimin ketika cuaca berawan, karena Nabi SAW pernah bersabda, “Orang yang meninggalkan shalat Ashar hilanglah semua amal baiknya.” (HR Bukhari No. 553).
Dari penjelasan di atas, tidaklah heran jika Rasulullah memerintahkan kepada seluruh umatnya untuk mengisi waktu Ashar dengan memperbanyak doa dan dzikir. Keduanya merupakan sarana yang sengaja Allah ciptakan agar kita senantiasa terbentengi dari kejahatan setan yang terus menerus menabuh genderang perangnya. Agar kita tetap bersiap siaga ketika waktu ashar, meski ketika itu fisik dan pikiran kita berada dalam keadaan malas lantaran seharian bekerja.
Akhirnya, kita harus selalu waspada terhadap godaan yang terus membisiki. Khususnya godaan yang datang di waktu Ashar. Baik berup malas, bersedih hati, ataupun godaan lain. Karena sejatinya, berhasil dan tidaknya kita memanfaatkan waktu Ashar akan berpengaruh dalam kehidupan kita di malam harinya.
Mereka yang berhasil mengisi waktu Ashar dengan munajat kepada Allah, maka malamnya akan dilimpahi keberkahan. Ia akan selalu bersegera dalam beramal sholih, hingga puncaknya mereka bisa bangun di sepertiga malam untuk tahajud, tilawah dan melaksanakan shalat subuh berjamah. Sehingga mereka akan menjadi generasi islam yang unggul, yang bergegas menyongsong akhirat di pagi hari dan terus bertebaran memakmurkan bumi hingga senja menyapa.[]
Penulis : Usman Alfarisi
Seorang Mutarabbi
Tinggal di Depok, Jawa Barat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar