Kamis, 03 Mei 2012

Wilders Provokasi Muslim Indonesia agar Tinggalkan Al-Qur'an


Pimpinan Partai Kebebasan (PVV) Belanda, Geert Wilders mengajak umat Islam Indonesia agar meninggalkan Al-Qur'an dan berhenti menjadikan Rasulullah sebagai idola. Pembuat film Fitna itu juga kembali mengatakan Al-Qur'an penuh kebencian. Hal itu dikatakan Wilders dalam sebuah pidato di New York, untuk mempromosikan buku terbarunya yang berjudul Marked for Death: Islam’s War against the West and Me (Dicap Mati: Perang Islam Melawan Barat dan Saya).

Selain Indonesia, Wilders juga memprovokasi Arab, Turki, Iran, dan Pakistan dalam pidatonya itu.

"Saya mendukung mereka yang memperjuangkan kebebasan di dunia Islam sepenuhnya. Bangsa Arab, Turki, Iran, Pakistan dan Indonesia memiliki potensi besar. Jika mereka bisa membebaskan diri dari penindasan Islam, atau mereka bisa berhenti melihat Muhammad sebagai model peran mereka dan jika mereka bisa melepaskan diri dari Al-Quran yang penuh kebencian, maka mereka bisa mencapai hal-hal luar biasa," kata Wilders.

Wilders memberikan "bocoran" bukunya Marked for Death menjelaskan bahwa Islam adalah "ideologi totaliter" dan mendorong umat Islam yang mencintai kebebasan untuk berpaling dari agama Islam.

Sejak lama, Wilders menyuarakan anti-Islam. Pada 2008 lalu, ia membuat film pendek berjudul Fitna, yang menyulut kontroversi. Film itu berisi pandangannya mengenai Islam dan Al-Qur'an. Wilders juga pernah menyuarakan usulan agar pemerintah Belanda melarang Al- Qur'an.

Pada musim gugur 2010, Wilders berpidato di New York menentang pembangunan Pusat Muslim yang berlokasi beberapa blok dari Ground Zero. Ia juga memprovokasi warga New York agar melawan Islam yang ia sebut "kekuatan kegelapan dan arus kebencian."

Belakangan, masa depan politik Wilders di Belanda mulai "terpuruk" setelah ia memutuskan keluar dari koalisi pemerintah dan memilih untuk bergabung dalam kubu oposisi. Kalaupun Wilders dalam pemilu mendatang meraih suara terbanyak, ia tetap akan sulit, bahkan mungkin mustahil, untuk bisa membentuk koalisi pemerintah. Tidak ada partai politik yang mau bekerja sama dengannya. [IK/EM/Rpb]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar