Allah ciptakan manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya, dan Dia jadikan lebih mulia daripada makhluknya yang lain. Manusia dengan otak yang menjadikannya berfikir dan berakal serta hati yang menjadikan dia memiliki nurani. Menurut sebuah data, pada saat lahir seorang bayi memiliki 1.000.000.000.000 sel otak (neuron). Bandingkan dengan jumlah penduduk bumi abad 21 sebanyak 6.000.000.000. Ini berarti dalam kepala bayi terdapat sel otak sebanyak 166 kali lipat jumlah manusia yang tinggal di planet ini.
Terkait dengan akal dan nurani, manusia yang sudah bisa memberlakukan sifat “kemanusiaannya” tentu tidak akan tega jika melihat ada seorang Ibu yang memaki anaknya yang masih balita dengan sumpah serapah dan kekasaran. Manusia dengan tipe ini juga tidak akan tega (bahkan tidak akan sudi) jika memakan harta yang memang bukan haknya. Yup, ada hak tentu juga ada kewajiban. Manusia yang memberlakukan sifat “kemanusiaannya” juga sudah pasti akan malu jika secara nyata dia tidak bekerja (tidak melakukan apa-apa) lalu meminta upah dari hal yang tidak dilakukannya. Ya, itu gambaran manusia yang benar. Manusia yang bisa menggunakan sifat “kemanusiaannya” yang telah Allah bekali untuk kita, otak dan hati.
***
Salah satu ciri utama fitrah manusia adalah memiliki rasa malu. Ketika rasa malu hilang, manusia secara pasti memperturutkan hawa nafsunya dan mengabaikan petunjuk akal dan nuraninya.
(QS. Al-A’raf: 179)
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
Rasa malu berfungsi mengontrol dan mengendalikan seseorang dari segala sikap dan perbuatan yang dilarang oleh agama. Tanpa kontrol rasa malu, seseorang akan leluasa melakukan apa pun yang ia inginkan, meski hal itu bertentangan dengan hati nuraninya.
Rasulullah pernah bersabda “Jika engkau tidak lagi memiliki rasa malu, maka berbuatlah sekehendak hatimu,” (HR. Bukhari).
Tapi acapkali kita lebih seringnya melihat manusia yang tidak bisa menggunakan tools kemanusiaannya. Ada sebagian manusia yang sudah hilang pula sisi kemanusiaannya demi memenuhi hasrat perutnya.Tanpa rasa malu, walau dia tidak melakukan apa-apa (tidak ada “keringat” yang meluncur dari raganya) dengan santai menunggu upah yang memang bukan hak nya. Tanpa rasa malu, memanfaatkan kelemahan anak kecil tak berdosa untuk dijadikan pengemis dijalan dan dijadikan sebagai penghasilan andalan. Tanpa rasa malu, menjual ayat-ayat AlQur’an demi kepentingan pribadinya. Tanpa rasa malu, fatwa bisa dijadikan pesanan.
Ah, itulah manusia, sekali lagi, demi perut, bahkan rasa malu dan harga diri lenyap sudah. Demi harta yang tidak seberapa (dan mungkin tidak akan bisa menjadikan dia kaya atau bermanfaat sedikitpun dari harta yang bukan haknya) manusia rela melakukan apa saja tanpa mau perduli dengan keadaan disekitarnya.
Jika mau belajar dari orang-orang sukses, seperti Umar ibnu Khattab, Abu Bakar Ash Shidiq, Abdurrahman bin Auf (ups mungkin bagi para pembaca pasti ada yang bilang “ya iyalah, mereka kan sahabat Rasul), baiklah saya contohkan yang lain, seperti Bapak Rusman Maamoer pemilik swalayan TIP TOP atau pemilik restoran ayam bakar Wong Solo Bapak Puspo Wardoyo atau kisah ustadz Yusuf Mansur dengan konsep sedekahnya dan masih banyak lagi. Mereka kaya karena keberkahan, tidak sedikit harta yang mereka sedekahkan di jalan Allah, tapi itu tidak membuat mereka jatuh miskin, justru bertambah kekayaannya.
(QS Ibrohim: 7)
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."
***
Demi harta yang tidak seberapa yang didapat dengan tidak halal, rusaklah harga diri didepan manusia (apalagi didepan Allah).
Demi harta yang tidak seberapa yang didapat dengan tidak halal, hilanglah kesempatan meraih keberkahanNYA.
Demi harta yang tidak seberapa yang didapat dengan tidak halal, hilanglah rasa hormat (apalagi empati) pada para pelakunya.
Demi harta yang tidak seberapa yang didapat dengan tidak halal, hanya cacian, makian serta do’a yang tidak baik akan meluncur kepada para pelakunya.
Astaghfirullahaladzim......
“Lebih baik harta yang banyak tetapi berkah, daripada harta yang sedikit tetapi tidak halal”.
Segala puji bagi Allah, kita memuji, memohon pertolongan, serta ampunanNya.
Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan nafsu-nafsu kita dan dari kejahatan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang ditunjuki oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tak seorangpun yang bisa menunjukinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar